![]() |
twibonize kepala sekolah |
Sekolah Sebagai Ekosistem
Tri Sentra Pendidikan (Tiga Pusat Pendidikan), yang menerangkan bahwa
pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan
unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan
satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan
tertentu. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama
dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu:
"organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik
menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk
kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer
dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata
surya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem)
Ekosistem pendidikan merupakan rancangan Ki Hadjar Dewantara atau yang
dikenal dengan tri pusat pendidikan, yakni sekolah, lingkungan masyarakat dan
keluarga. Pusat manajemennya artinya siswa bisa belajar di mana saja. Ketika
sekolah ambil tanggung jawab, maka seluruh aktivitas di masyarakat dan keluarga
jadi tanggung jawab sekolah.
JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, ekosistem sebagai interaksi
antara manusia (seorang pembelajar) terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Betapa
pentingnya kata 'ekosistem' terhadap pembentukan karakter seseorang. Pendidikan
disekolah memang memegang peranan yang penting dalam membentuk karakter
seseorang. Karena tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam UU No.
20 Tahun 2002 pasal 3 yang menyebutkan bahwa:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didika agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
- Murid
- Kepala Sekolah
- Guru
- Staf/Tenaga Kependidikan
- Pengawas Sekolah
- Orang Tua
- Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor
abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di antaranya adalah:
- Keuangan
- Sarana dan prasarana
Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan
Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking)
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)akan
memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa
yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.
Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya
kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi
seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata
dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep
yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni
kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan
cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan,
dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk
memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan
berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Sejarah singkat pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)
Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang
dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah
pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari
kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota
komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal
untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai
kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada
masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan
tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan
demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan
selalu merasa bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada
nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan
nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang
dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas
sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar
penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk
dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari
aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting
ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang
produktif.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada
kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang
dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri
mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi
aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas
sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.
Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang
ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven
development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for
Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan
pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya
ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan
pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan
masyarakat di suatu daerah.
1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam
masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan
sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan
tersebut pasti akan terjadi.
2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka
mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa
yang sudah dimulai.
3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun
masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga
sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid –
guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun
kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun
sekolah yang sehat dan inklusif.
4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada
kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika
fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang
dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat
pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan
sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan
aspirasi yang sudah ada.
5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman
keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk
menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah
yang lebih baik.
6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari
pada menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik
bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih
banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.
7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan
sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan
mencetuskan/memulai suatu tindakan.
8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas
tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.
9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan
lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan
sikap yang positif.
Aset – aset dalam sebuah komunitas
Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan
untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor
lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas,
Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah
kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan.
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community
development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal
utama, yaitu:
1. Modal Manusia
- Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya
manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
- Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan,
kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah
komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan
berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
- Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat
kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan
memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan
berbagai kelompok. Kecakapan yang
berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola
usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan
budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
2. Modal Sosial
- Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya
dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan
(networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
- Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi
dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling
percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
- Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah
asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat
yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan
yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri
atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe
asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan
sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga),
misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai
struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama
dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
3. Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
- Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses
pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
- Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan,
sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat
transportasi, dan lain-lain.
4. Modal Lingkungan/alam
- Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal
lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai,
tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
- Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil
dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa
digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.
5. Modal Finansial
- Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat
digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
- Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan
pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
- Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam
dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat
produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana
memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan
pembukuan.
6. Modal Politik
- Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau
kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta
memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
- Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan
komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan
listrik atau air.
7. Modal Agama dan budaya
- Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur
dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga
kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
- Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan
serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil
karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
- Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi
untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik
perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial
yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
- Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang
sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan
keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting
yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
- Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual
keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta
di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang
pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar