7 Juni 2021

Review Literature : Pembelajaran Berdiferensiasi

Share on :
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bisa memberikan dan memfasilitasi kebutuhan dari setiap peserta didiknya. Berpuluh-puluh tahun yang lalu sampai dengan sekarang ini, pendidikan di Indonesia masih belum banyak perubahan, di mana masih menerapkan sistem pembelajaran lama yang menganggap semua anak adalah sama, lebih berpusat pada guru, tanpa memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam belajar. Siswa hanya duduk diam mendengarkan guru tanpa melakukan sesuatu yang akan menambah pengalaman belajar bagi mereka. Guru seolah-olah hanya mengajar satu orang murid saja dalam satu kelas, sedangkan di dalam kelas ada kurang lebih 30-40 siswa yang mempunyai keunikan, kemampuan dan keberagaman pengalaman belajar yang berbeda. Tidak jarang anak-anak merasa frustasi dan akhirnya tidak memiliki motivasi untuk belajar, karena mereka datang ke sekolah hanya untuk ujian, ujian dan ujian (“DIFFERENTIATED INSTRUCTION”: SOLUSI PEMBELAJARAN DALAM KEBERAGAMAN SISWA DI KELAS INKLUSIF)

Implikasi terhadap fenomena keberagaman siswa perlu mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi (Kirillova & Faizrakhmanova, 2016). Kelas dengan kondisi siswa beragam membutuhkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran berdiferensiasi (Cartledge & Kourea, 2008; Tomlinson et al., 2003). Pembelajaran berdiferensiasi untuk merencanakan, mengelola dan menilai pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman karakteristik siswa melalui modifikasi kurikulum, akomodasi pembelajaran, penggunaan berbagai metode dan media (KOMPETENSI PEDAGOGI GURU DAN TANTANGANPELAKSANAAN PEMBELAJARAN INKLUSIF PADA SLOW LEARNER). 

Konsep pembelajaran berdiferensiasi bukan diartikan sebagai aktivitas pembelajaran yang memisahkan, tak berkaitan antar siswa (Good, 2006). Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang membantu siswa dengan kebutuhan akademik dan gaya belajar yang berbeda dan menjamin semua siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang berbeda. Proses pembelajaran berdiferensiasi bergantung pada penggunaan asesmen dalam memperoleh informasi tentang siswa dan pembelajarannya (kesiapan, minat, dan pilihan belajar). Kesiapan belajar, yaitu titik awal siswa dalam belajar, berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa. Minat belajar, yaitu pengalaman siswa mempelajari informasi baru. Sedangkan pilihan belajar yaitu cara belajar yang berbeda-beda pada siswa dalam memperoleh, memproses, dan mempelajari sesuatu. Pilihan belajar ini meliputi gender, budaya, lingkungan kelas, gaya belajar, kecerdasan majemuk, dan kondisi disabilitas (Hume, 2008). Dalam pembelajaran berdiferensiasi ini, guru menggunakan: (a) beragam cara agar siswa dapat mengeksplorasi isi kurikulum, (b) beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide, serta (c) beragam pilihan di mana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari (Tomlinson, 1995). Profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar siswa. PB mengharuskan pendidik mencurahkan perhatian dan memberikan tindakan untuk memenuhi kebutuhan khusus siswa. PB memungkinkan guru melihat pembelajaran dari berbagai perspektif. PB merupakan proses siklus mencari tahu tentang siswa dan merespons belajarnya berdaarkan perbedaan. Ketika guru terus belajar tentang keberagaman siswanya, maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud (MODEL PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI UNTUKPENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIALANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSDI SEKOLAH INKLUSIF).

Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi
Ada empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan lingkungan belajar.

  1. Isi meliputi apa yang dipelajari siswa. Isi berkaitan dengan kurikulum dan materi pembelajaran. Pada aspek ini, guru memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi disabilitas yang dimiliki. Isi kurikulum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Umumnya, guru tidak mampu mengontrol isi kurikulum yang spesifik (yang tidak bisa dipahami semua anak) berdasarkan gaya belajar siswa serta menyesuaikan materi pembelajaran berdasarkan jenis disabilitas yang dimiliki. 
  2. Proses, yakni bagaimana siswa mengolah ide dan informasi. Bagaimana siswa berinteraksi dengan materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi bagian yang menentukan pilihan belajar siswa. Karena banyaknya perbedaan gaya dan pilihan belajar yang ditunjukkan siswa, maka kelas harus dimodifikasi sedemikian rupa agar kebutuhan belajar yang berbeda-beda dapat diakomodir dengan baik. 
  3. Produk, bagaimana siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai siswa dan memberikan materi berikutnya. Gaya belajar siswa juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru. 
  4. Lingkungan Belajar, bagaimana cara siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran. 

2 komentar:

Nur Hady Falah Pambudi mengatakan...

Kebanyakan guru masih terpaut dengan pembelajaran orde lama, sebenarnya pembelajaran seperti penjelasan diatas sangat bagus menurut saya untuk menarik siswa agar lebih aktif dan menghasilkan produk yang dapat kita gunakan sebagai motivasi anak agar lebih aktif lagi

Unknown mengatakan...

dinamika pendidikan tidak pernah terpikirkan oleh mereka, padahal ini akan menimbulkan paradigma pendidikan baru di masa kini..