6 April 2021

Keputusan Kepemimpinan Dalam Pembelajaran

Share on :

 



GURU SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara

"Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦁꦠꦸꦭꦝ, "yang di depan memberi teladan"), (2) Ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ, "yang di tengah membangun kemauan"), (3) Tut wuri handayani (ꦠꦸꦠ꧀ꦮꦸꦫꦶꦲꦤ꧀ꦢꦪꦤꦶ" dari belakang mendukung")"
       Ki Hajar Dewantara telah menamkan dasar-dasar pendidikan di Indonesia, beliau memberikan arti sebuah pendidikan yang merdeka. Guru tidak hanya mentransformasi ilmu pengetahuan namun ada edukasi tentang kehidupan moral dan karakter bangsa. Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” merupakan pratap yang harus menjadi pedoman guru dalam pembelajaran. Guru harus mampu menerapkan di dalam kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) Bob Talbert.

Secara tidak langsung dituliskan didalam pratap tersebut bahwa sebagai guru merupakan pemimpin yang harus bisa memberikan tuladha, mampu membangun semangat atau motivasi, dan mendukung kemerdekaan belajar agar semuanya bisa senang, dan bahagia sebagai diri sendiri atau sebagai bagian dari lingkungan masyarakat. Guru harus memberikan contoh baik, perilaku, etika moral, karakter hidup dan semua perbuatannya harus bisa sebagai tauladan yang baik, terutama bagi murid. Guru sebagai figur pemimpin akan selalu dicontoh, juga harus bisa membangun iklim atau suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, dan juga harus menjadi motivator pembelajaran agar kodrat alami murid bisa tumbuh kembang dengan baik, sehingga mereka mampu menghadapi masa depannya dengan bahagia.


Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).

Pembelajaran sebagai proses pendidikan membutuhkan interaksi dua arah yang melibatkan diri guru dan murid. Setiap melakukan pembelajaran akan melibatkan sosial emosional guru dan bahkan juga sosial emosional murid. Namun dalam interaksi lingkungan luas, sekolah dan masyarakat juga melibatkan sosial emosional guru. Oleh karena itu, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai rasa sosial emosional yang baik. Agar murid dapat mencontoh dan murid merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan. Murid akan merasa nyaman dan aman di dalam proses pembelajaran. Rasa sosial emosional guru harus memiliki nilai moral yang luhur, guru harus berbudi pekerti yang baik agar bisa menjadi panutan murid-murid.

Membangun etos kerja yang baik merupakan salah satu sifat kepemimpinan pembelajaran. Guru akan berusaha memotivasi intrinsik di setiap pembelajaran. Rencana pembelajarannya akan memberikan pembelajaran yang berdiferensiasi bagi murid, sehingga mereka akan termotivasi intrinsiknya untuk menggunakan bakat alamiah dan menerapkan inovasi kreatifitas murid dengan merdeka, senang dan semangat belajar mereka akan terus terpacu. Guru harus memahami karakteristik belajar murid, minat belajar murid, kesiapan murid dalam belajar, dan gaya belajar murid agar saya bisa memberikan pembeljaran berdiferensiasi yang tepat bagi mereka dalam pembelajaran. Diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk, merupakan kemerdekaan murid dalam pembelajaran yang nyaman. Selain itu juga guru harus menerapkan coaching agar murid bisa menemukan solusi dan keputusan yang baik buat dirinya sendiri.

Guru sebagai pemimpimpin belajar juga harus mempunyai sifat “momong”. Guru sebagai pamong yang harus selalu menghormati diferensiasi belajar murid. Guru selalu harus mengawasi murid dalam menumbuh kembangkan kodrat alamnya. Guru harus menjadi petani yang baik bagi tanamannya agar bisa menghasilkan panenan yang terbaik, dan mempunyai nilai jual tinggi di lingkungan lokal dan global. Guru akan memberikan yang terbaik untuk muridnya, agar mereka dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia yang mempunyai wawasan ketrampilan yang baik dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.

Guru juga sebagai pemimpin belajar dalam ber-Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara harus bisa mengatasi setiap tantantangan atau permasalahan yang muncul. Guru dalam menerapkan sikap kepemimpinan dalam pembelajaran tidak dapat sendiri, akan mendapatkan dukungan dari Yayasan, Kepala Sekolah dan teman-teman Komunitas Praktisi di sekolah. Sehingga dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan berjalan dengan baik. Ketua komunitas praktisi di sekolah merupakan teman diskusi dalam mengambil suatu keputusan-keputusan dalam pembelajaran. 


“Sumber berharga yang dimiliki semua guru adalah kesalingtergantungan satu dengan yang lain. Tanpa kolaborasi (kerja bersama), maka pertumbuhan diri kita dibatasi oleh pandangan diri kita masing-masing”  (The most valuable resource that all teachers have is each other. Without collaboration our growth is limited to our own perspectives) Robert John Meehan.

Ketua Komunitas Praktisi akan sebagai mitra dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kami sudah sering diskusi ketika setiap pembelajaran dalam program guru penggerak, kami sudah menerapkan setiap yang telah saya dapatkan pengetahuan dari awal kegiatan guru penggerak. Kolaburasi enam mata pelajaran dengan pembelajaran diferensiasi pada produk sudah mendapatkan hasil, video, tulisan tangan, gambar, dan karya lain yang sudah kami hasilkan. Kami akan selalu menerapkan pengetahuan yang sudah didapat dari program guru penggerak.

Saya selalu berdiskusi dengan ketua komunitas praktisi, yang hasilnya kami bahas lagi dengan teman-teman komunitas praktisi lainnya. Namun dengan ketrampilan yang didapat dari program guru penggerak kami semakin memudahkan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam pembelajaran. Setiap dileme etika yang muncul kami akan menggunakan tahapan-tahapan Rumus 439. 4 (empat) Paradigma dilema etika, 3 (tiga) prinsip dilema etika, dan 9 (sembilan) langkah pengambilan dan pengujian untuk menguji ketepatan pengambilan keputusan.

4 (empat) Paradigma dilema etika digunakan bukan hanya untuk mengelompokkan permasalahan namun membawa pejanajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi betul-betul mempertantangkan antara dua nilai inti kebajikan yang sama-sama penting. Keempat paradigma dilema etika tersebut adalah :

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 (tiga) prinsip dilema etika, Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip tersebut adalah :

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 (sembilan) langkah pengambilan dan pengujian untuk menguji ketepatan pengambilan keputusan. menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam permasalahan yang mereka hadapi dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut. Kesembilan langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan dalam permasalahan saya adalah :

1.      Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

2.      Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

3.      Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

4.      Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

a.     Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)

b.  Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)

c.    Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)

d.   Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?

e.    Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

5.  Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

6.    Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai

7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

8.   Apa keputusan yang akan Anda ambil?

9.   Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Demikianlah monolog untuk refleksi diri saya sebagai pemimpin dalam pembelajaran. Semoga ini menginspirasi dan bermanfaat untuk hidup kita. 


Janganlah berjuang untuk menjadi orang yang sukses, namun berjuanglah untuk menjadi orang yang bermanfaat’ (Albert Einstein).

Bapak Sutoyo dengan Hasil Diferensiasi Produk Murid (doc dipo 2021)


SMP DIPONEGORO SAMPANG

13 komentar:

Intinice Explore mengatakan...

Bagus pak...membuka pemikiran wawasan dan pemikiran kami untuk belajar lagi menjadi guru yang lebih baik lagi...terima kasih sharingnya...

Nur Hady Falah Pambudi mengatakan...

Mantaaaapp ��������
Sungguh menjadi motivasi agar menjadi lebih baik dan tau ttg bagaimana cara mengajar yang lebih praktis

Swahesti mengatakan...

Bagus sekali Pak tulisannya ��

Unknown mengatakan...

Muantap bgt....memotivasi buat kami untuk lebih profesional.

urip ambaripto mengatakan...

🙏🙏🙏

urip ambaripto mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
urip ambaripto mengatakan...

🙏🙏🙏

urip ambaripto mengatakan...

🙏🙏🙏

urip ambaripto mengatakan...

🙏🙏🙏

Berbagi Ceria mengatakan...

TOP BEgeteee....sanagt menginspirasi..pak ....kereeenn abissss

urip ambaripto mengatakan...

👍👍👍

Unknown mengatakan...

Jos bgt pokoke..

Nasriyati mengatakan...

Butuh usaha keras dan konsisten untuk menjadi guru yang pantas digugu dan ditiru. Salah satunya adalah membuat komunitas bersama orang-orang seperti P Urip..terima kasih Pak Urip..